Thursday, March 12, 2009

IPA Sebagai Sarana Memahami Kebesaran Tuhan

Target pembelajaran mestinya tidak hanya sebatas siswa mampu menjawab soal-soal ulangan / ujian nasional. Namun lebih dari itu mestinya peserta didik memiliki kecerdasan emosional dan spiritual. Ia menyadari bahwa dirinya adalah makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan serba terbatas, sehingga perlu belajar sepanjang waktu. Selain itu ia menyadari hanya Tuhanlah yang Maha Besar, Maha Tahu segala-galanya.


IPA termasuk salah satu mata pelajaran yang dapat dimanfaatkan sebagai obyek untuk mengenal lebih jauh kebesaran Tuhan, tetapi sayangnya mata pelajaran ini termasuk “black list “ bidang study yang kurang disenangi siswa, terutama fisika. Mengapa IPA sebagai “momok” bagi para siswa ?. Hitungan dengan rumus yang “mbulet” dan njlimet adalah salah satu biang keladi penyebab siswa enggan mempelajarinya. Untuk bidang studi biologi banyaknya bahasa latin juga menyebabkan siswa malas membacanya. Oleh karenanya guru perlu membuat terobosan agar siswa paham bahwa mata pelajaran yang ditakuti dan membuat kepala puyeng, sebenarnya adalah mata pelajaran mengasyikkan dan banyak sekali manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana membangkitkan gairah belajar peserta didik yang menganggap mata pelajaran IPA “menyeramkan” ?

Pembelajaran dengan pendekatan agama. Metode ini dapat digunakan sebagai salah satu solusi. Penulis punya pengalaman, ternyata peserta didik perasaan ingin tahunya muncul, lebih antusias, dan memperhatikan apabila dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan agama. Agar tidak terlalu luas, pembicaraan kali ini akan dipersempit ruangnya hanya pada pembelajaran ilmu biologi. Dalam hal ini penulis menggunakan referensi agama islam. Misalnya kita akan membimbing siswa untuk memahami perkembangbiakan / reproduksi pada mamalia ( hewan menyusui ). Materi ini terdapat dalam bidang studi IPA untuk SMP. Contoh yang paling umum digunakan untuk menjelaskan reproduksi mamalia adalah manusia. Guru memberikan informasi bahwa sebenarnya prinsip perkembangbiakan pada manusia telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-ruum ayat 20 yang artinya :
Dan diantara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembangbiak.
Sebagai pembangkit semangat siswa kita berikan umpan pertanyaan kepada siswa misalnya ;
Mengapa manusia harus berkembangbiak ?
Apa yang terjadi apabila manusia tidak dapat berkembangbiak ?

Setelah siswa dapat memberikan prediksi dengan benar, para siswa diajak membuka al-qur’an yang ada terjamahannya (bagi yang beragama islam) bahwa sebenarnya konsep perkembangbiakan terekam dengan jelas didalam Al-qur’an surat Al-a’raaf ayat 189 yang artinya :
Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). …
Guru memberikan penegasan bahwa berkembangbiak memang telah menjadi naluri dari makhluk hidup termasuk manusia untuk mempertahankan jenisnya dari kepunahan .
Bagaimanakah proses perkembangbiakan pada manusia terjadi ?

Siswa diminta berdiskusi dengan temannya dalam satu kelompok dengan menggunakan alat peraga yang tersedia. Masing – masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Sedangkan kelompok lain dapat menyampaikan pertanyaan maupun saran kepada presenter.

Setelah masing-masing siswa mempresentasikan hasil diskusinya, guru menunjukkan bahwa sebenarnya proses reproduksi telah diterangkan dalam al-qur’an sejak ribuan tahun silam sebelum ilmu pengetahuan membicarakannya. Para siswa diminta kembali membuka al-qur’an terjemahan surat Al-hajj ayat 5 yang artinya :
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu (ada pula) yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. …..
Kita tegaskan kepada siswa bahwa proses reproduksi diawali dengan pembentukan sel kelamin jantan (spermatogenesis) di dalam testis dan pembentukan ovum (Oogenesis) didalam ovarium. Istilah ini dalam bahasa Al-qur’an manusia diciptakan dari tanah, karena semua makanan yang dikonsumsi manusia bersumber dari tanah, dengan melalui proses yang panjang terbentuklah sel kelamin. Jika kedua sel kelamin tersebut jika bertemu maka terjadilah pembuahan, kemudian terbentuk embrio (segumpal darah) , selanjutnya embrio tersebut menempel pada rahim. Dalam perkembangannya di rahim, embrio tersebut sel-selnya akan terus membelah yang pada akhirnya terbentuklah anggota-anggota tubuh yang indah. Pada fase ini embrio akan tumbuh menjadi bayi yang anggota-anggota tubuhnya berangsur-angsur dapat menjalankan fungsinya masing-masing. Pertumbuhan di rahim ini membutuhkan waktu kurang lebih 9 bulan 10 hari untuk berkembang dengan sempurna, akhirnya lahirlah seorang bayi sebagai generasi penerus kedua orang tuanya.

Kemudian guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk berfikir lebih jauh :
Mengapa embrio (segumpal darah) tersebut dalam perkembangan selanjutnya ada yang tumbuh menjadi mata, telinga, jantung, dan bagian-bagian tubuh yang lain ?
Mengapa segumpal darah tersebut tidak berubah menjadi onggokan daging saja yang lebih besa r?
Mengapa ia tumbuh teratur ?
Siapa yang mengatur semua ini ?

Guru menjelaskan bahwa Tuhanlah yang mengatur semua ini. Selanjutnya siswa diajak mencermati pesan dari ayat Al-qur’an tersebut bahwa Tuhan mengingatkan manusia setelah mati akan dibangkitkan dari kubur. Dan setiap manusia akan di adili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya ketika hidup di dunia.”

Sebagai penutup pembelajaran, kita ingatkan siswa bahwa sebenarnya belajar yang didasari dengan niat yang ikhlas akan bernilai ibadah dan sebagai sarana meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.

Masalah bagi guru dan solusinya

Metode ini menuntut seorang guru untuk lebih mengembangkan pemahaman agamanya. Namun hal ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena untuk menghindari kesalahan menyelaraskan materi dengan ayat Al-qur’an, guru yang bersangkutan dapat berkonsultasi dengan guru agama atau siapa saja yang memiliki kompetensi dibidangnya.

Akan lebih sistematis lagi jika dalam pengembangan silabus ada sebuah team yang mengkaji ayat-ayat Al-qur’an yang ada kaitannya dengan tema-tema pembelajaran pada bidang studi tertentu. Metode ini akan lebih efektif diterapkan di sekolah-sekolah swasta yang berciri khas islam. Namun di sekolah negeri pun tidak perlu dipermasalahkan jika tidak menyinggung persoalan yang menyebabkan perpecahan bangsa. Penulis yakin jika ayat yang dibuat rujukan hanya untuk membuktikan bahwa ilmu pengetahuan itu selaras dengan agama, maka tidak akan terjadi pertentangan. Selamat mencerdaskan anak bangsa. Semoga generasi kita kedepan akan membangun bangsa ini dengan landasan keyakinan beragama yang mantap.


Oleh:
Karyadi, S.Pd.
Wakil Sekretaris Pimpinan Daerah
Pemuda Muhammadiyah Surabaya

No comments:

Post a Comment